Tuesday, August 19, 2008

Penanda Aras "Kemeriahan" ?

Kadang-kadang terasa amat pelik kenapa kita acapkali laungkan slogan seperti "budi-bahasa amalan hidup kita" sedangkan kita sendiri seringkali keliru tentangnya. Kita alpa, kita lupa, kita biarkan diri kita melayar songsang.

Kita gah dan seronok bila kita ada upaya memaki hamun dan menyumpah seranah manusia lain. Kita rasa bertambah terhibur dengan kutukan dan cacian yang kita lontarkan.

Adakah kini maki-hamun dan caci-mencaci sudah menjadi satu penanda aras "kemeriahan"? Lagi menyumpah, lagi meriah? Lagi seranah lagi indah? Lagi menggila, lagi berpesta?

Kita gah menceritanya. Kita bangga melihatnya. Kita berfiesta meraikannya.

Di situkah tempatnya yang dikatakan akan menjadi titik tolak "fajar baru bagi Malaysia"? Di situkah tapaknya yang akan menjadi asas "Perubahan" kepada negara yang lebih baik?

Kalau begitu budi-bahasa dan budaya yang kita tonjolkan, yang kita canangkan, yang kita masyhurkan, yang kita banggakan, yang kita gahkan, mungkin benarlah apa yang sedang berlaku di sana kali ini tidak ubah seperti apa yang berlangsung saban tahun di Pamplona, mungkin hanya sekadar fiesta manusia melawan lembu, tidak lebih dari itu.

Yang kurik itu kendi, yang merah itu saga,
yang cantik itu budi, yang indah itu bahasa.

2 comments:

Anonymous said...

My people...mmmmmmmmm....sad people...

Anonymous said...

It's in their blood, since 1998. What to do?